Senin, 08 Juni 2015

Hari itu...

                Sedikit mengenang luka dimasalalu. Ini bukan karena aku belum bisa moveon, hanya saja jika tak kulalui hari itu aku tak akan mampu setegar saat ini.  Hari yang dulu kutangisi tiada henti, tapi sekarang menjadi hari yang amat kusyukuri dalam hidup Hehe... Bagaimana tidak kusyukuri, setelah berbulan-bulan menahan sakit, berjuang sendiri mempertahankan hubungan, dan kini dari semua itu aku belajar bahwa “Untuk apa terus berjuang sendiri jika memang kita tak lagi dihatinya”.
                Oke, kita kembali kehari itu... hari dimana aku menyerah akan cinta yang bertahun-tahun kujaga dengan setiaku, hari dimana aku mengambil keputusan besar dalam kehidupan cintaku. Hari itu.. aku memutuskan untuk menemuinya, langkahku sedikit berat, hatiku sakit menahan tangis akan luka yang ditorehkan. Sekuat tenang aku mencoba untuk terlihat tegar dihadapannya, aku tak ingin dia melihat sisi lemahku, aku tak ingin dia melihat keterpurukanku. Aku bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta dan akupun bukan orang yang mudah melupakan, apalagi hubungan cinta ini tak singkat. 5 tahun aku kira cukup untuk kami saling memahami satu sama lain. 5tahun aku kira cukup untuk kami saling menguatkan menjaga cinta ini sampai ke jenjang yang lebih serius. Tapi ternyata semua itu hanya harapan dan anganku semata.
                Hari itu... sejujurnya dalam hatiku, akupun tak yakin dengan langkah yang akan ku tempuh. Namun, keadaan memaksa ku mengambil langkah yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, langkah yang tak pernah kuharapkan berakhir seperti ini. Dan tiba detik itu... dimana aku benar-benar harus mengakhiri cerita cinta yang bertahun-tahun kujaga setia. Cerita cinta yang selalu aku bangga-banggakan. Cerita cinta yang aku harapankan berakhir dengan bahagia. Dengan hati berkecamuk dan menahan tangis, akhirnya ku lepas dia. Kuakhiri semua ini bukan karena tak ada lagi cinta dihati, tapi hanya ingin melihatnya bahagia. Walau ternyata bahagia itu dia tak bersamaku. Hari itu... tak bisa dipungkiri hatiku menangis dan menjerit keras.
                Sakiiiiiittttttttt!! Jeritku dalam hati.
              Aku tak kuat saat cintanya tak lagi untukku. Aku terluka saat namaku tak lagi ada dihatinya. Hatiku tak sanggup membayangkan melihatnya dengan yang lain. Aku rapuh.
                Tuhan ternyata aku tak sekuat yang kukira sebelumnya. Mungkinkah belum? Atau entah sampai kapan sakit ini akan berakhir?
                Sekilas kulihat wajahnya. Entah apa yang dia rasakan? Apa yang ada dipikirannya? Sakitkah? Mungkinkah dia juga kecewa? Atau justru dia sangat bahagia dengan perpisahan ini?. Dia yang dulu begitu kukenal kini dia menjadi sosok yang begitu asing dihadapanku.
                Hari itu... dia yang duduk disampingku, hanya diam tanpa kata. Tak sepatah katapun dia ucapkan. Dia hanya menatap kosong kedepan dengan penuh kebisuan. Bahkan tak menoleh kearahku sekalipun. Aku hanya mampu menatapnya dalam, mencoba memahami yang dia rasakan, mencoba mencari tahu apa arti diamnya. Aku sungguh tak mengerti, dia begitu jauh berbeda. Dia bukan lagi sosok yang lembut dan penyayang, dia bukan lagi sosok yang romantis, dia bukan lagi sosok yang hangat.
             Maaf… Aku Sayang Kamu!! Terlontar dari bibirnya.
Empat kata terkahir yang dia ucapkan. Empat kata yang tak pernah bisa kupahami sampai detik ini. Hari itu yang kuingat dia mengecup rambutku, lalu dia pun melangkah pergi meninggalkanku sendiri dalam kebisuan dan ketidak pahaman akan sikapnya. Dengan airmata tertahan aku hanya bisa terdiam dan menatap nya berlalu dari hadapanku. Selangklah demi selangkah dia pergi meninggalkan aku.
Tuhan... kembalikan dia! Aku memohon dalam hati.
Namun langkanya semakin jauh dan pasti. Dia pergi tanpa menoleh sedikitpun. Selangkah demi selangkah sosoknya sudah tak terlihat lagi oleh pandanganku.
Tuhan...dia benar-benar pergi. Aku yakin aku mampu menghadapi semua ini.
Dan sejak hari itu dia benar-benar menghilang dari hidupku. Hari itu.. aku ragu akan mampu melupakannya. Aku tak bisa seharipun tanpa kabarnya. Rasanya hidup begitu hampa setiap kali menatap layar ponsel berharap ada pesan singkat darinya untuk sekedar menanyakan kabarku setelah kepergiannya. Setiap kali menengok akun facebooknya berharap dia meratapi apa yang aku ratapi, namun semua hanya harapanku semata. Dia terlihat bahagia terlepas dariku, seakan-akan dia burung yang lepas dari sangkar. Seolah-olah dia terlepas dari pasungannya selama ini. Dia begitu bahagia tanpaku Tuhan...
Sejak hari itu... aku bertekad untuk melupakannya. Dan kini dengan senyum dan tawa bahagia aku hanya ingin ucapkan Terima kasih Tuhan, karena hari itu aku menjadi sosok yang kuat. Terimakasih Tuhan, karena menyadarkan aku dari bertahun-tahun kebodohanku. Mulai hari ini aku akan mulai belajar memahami Cinta yang benar-benar karenamu. Cinta yang menuntunku taat padamu”
Dengan Syukur Tiada Henti
 April 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates