Kamu yang tiba-tiba
pergi dan membawa lari semua kebahagian hidupku. Kamu yang menjauh tak
bergeming saat aku meratap tentangmu. Berlari meninggalkan aku yang tertinggal
jauh dibelakangmu, bahkan untuk menolehpun kau tak pernah sudi.
Lalu tiba-tiba kau
kembali, sebelum aku lupa akan bekas luka yang kau torehkan. Tiba-tiba kau
begitu manis, sebelum aku lupa akan sakit yang pernah kurasakan.
Kau datang dengan
wajah polosmu, seolah kau tak pernah berbuat salah. Kau datang dengan wajah tanpa
dosamu, seolah semua luka yang kau torehkan tak pernah ada. Seolah semua sakit
yang kau berikan telah aku lupakan. Seolah semua dosamu telah aku maafkan.
Dan aku harus berjuang
menata hati dan harapanku lagi akan dirimu. Hatiku berdebar tak menentu, masih
ada sisa-sisa kemarahan akan dirimu. Namun aku tak bisa mengelak rindu
mengalahkan segalanya. Aku tak mampu menahan gejolak hati. Disatu sisi aku
ingin pergi, tapi sisi lain menginginkan aku bertahan.
Datangmu kembali
merusak benteng pertahananku. Hatiku bimbang menghadapi kedatanganmu. Tak perlu
kembali jika hanya berakhir dengan ucapan selamat tinggal.
Hatiku bukan
persinggahan yang bisa kau datangi saat bosan dengan duniamu, lalu kau tinggal
saat kau rasa tak membutuhkannya lagi. Tak ada yang hilang dari ingatan seperti
kenangan yang kau tinggalkan. Seperti itupun luka tak akan lupa rasanya sakit
sekalipun bekasnya telah hilang tanpa meninggalkan dendam.
Ingatlah, cinta
bukan permainan untuk datang dan pergi. Jangan kembali... aku sudah hafal akan rasa
sakitnya jika datangmu hanya untuk melukai. Akupun punya hak yang sama denganmu
untuk bahagia.
Untukmu yang selalu
egois, pergilah... biar tak ada lagi sakitku, biar tak ada lagi lara dan luka
yang mendera. Aku pun ingin bahagia. pergilah sudah... karena hati tak sama
lagi sejak kau tinggalkan.