Dari menulis judulnya saja sudah membuatku bingung. Apa itu sahabat? Dan siapa yang pantas
kita sebut sahabat? Mr. Google said “ Sahabat adalah mereka yang akan menyambut
kehadiran sesamanya, menunjukan kesetiaan satu sama lain, selera mereka sama,
saling bertemu, menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai bersama, saling
menolong seperti saling tukar menukar nasehat
dan menolong dalam kesulitan....”
Aku mencoba mengkaji apa yang disampaikan Mr. Google.
Saling menyambut kehadiran sesama, Tentu saja Aku dan beberapa sahabatku sejak dari SD sampai Aku telah lulus dari bangku kuliah, kami semua saling
menyambut kehadiran satu sama lain.Jika tidak, tak akan ada kecocokan untuk
sekedar mengobrol, hangout atau bercurhat-curhat ria bersama.
Menunjukan kesetiaan, Kami saling setia saat kami
bersama. Tapi saat jarak memisahkan tentu ada sahabat lain yang datang dalam
kehidupan masing-masing dan mengisi hari-hari kita yang baru. Dan itu wajar
menurut saya, karena pada saat kita berada dilingkungan baru dan dengan
orang-orang baru, kita tidak bisa menutup diri hanya berhubungan dengan orang
lama yang berada ditempat yang jauh dari kita. Tapi setia itu bisa kita artikan
dengan kita akan selalu ada saat satu sama lain membutuhkan orang untuk bersandar
dan berbagi dalam kesedihannya, tetap sedia mendengarkan tentang kebahagiaan
satu sama lain. Dengan intinya tidak menggantikan ataupun melupakan sahabat lama yang telah memberi dan
mengisi hari-hari kita penuh warna.
Satu selera, Mungkin pada hal-hal tertentu kami satu
selera. Tapi bukan berarti beda selera menjadikan bukan sahabat. Karena terkadang dalam sebuah persahabatan ada beda
selera dan beda pendapat itu hal yang biasa, asal kita bisa menghormati dan menyikapinya
dengan baik. Tidak menjadikan itu penghalang untuk saling menyayangi satu sama
lain.
Saling bertemu, Aku dengan sahabat-sahabatku
dibangku SMP jarang sekali bertemu, bahkan dalam 12 tahun kami bersahabat, bisa
dihitung jari berapa kali kami saling bertemu sejak lulus SMP, bahkan untuk
ngobrol via telpon pun hampir tak pernah lagi kami lakukan. Dulu hanya sesekali
saat tahun-tahun pertama berpisah, tapi bagiku
mereka tetap sahabat. Sekalipun kami tak seintens dulu dalam berkomunikasi dan
bertemu. Sekalipun sering terjadi salah paham tapi mereka tetap bagian terindah
dalam cerita hidupku.
Menikmati kegiatan yang disukai bersama. Membaca kalimat
itu mengingatkan aku pada teman-teman
dimasa kuliah. Kami mungkin bisa dibilang memiliki beberapa selera yang sama
yaitu ngabolang dan nonton film. Dengan melakukan dan menikmati kegiatan yang
kami sukai bersama, disitulah rasa nyaman dan bahagia ada ditengah-tengah
mereka.
Saling tolong menolong dan saling tukar menukar nasihat,
kalimat ini membuatku tak henti-hentinya bersyukur memiliki
sahabat-sahabat seperti mereka yang pernah ada dalam hidupku. Karena mereka selalu menolong dikala aku butuh bantuan apapun itu selagi mereka mampu dan
bisa. Mereka juga selalu tak segan menasehati ketika Aku melakukan kesalah.
Tapi setelah mengkaji semua itu dan merasakannya
dikehidupan nyata, Aku tetap tak bisa memahami
apa itu arti sahabat, dan siapa yang pantas kita sebut sahabat?. Mereka semua
memberikan warna dan cerita yang indah dalam kehidupanku. Tapi pada kenyataannya saat jarak memisahkan
semua berbeda 100%, cerita tak lagi sama, setiap individu berubah, tak ada lagi
saling pengertian. Semuanya benar-benar tak sama dengan saat kami masih jalan
bergandengan, semua tak seindah saat tangan masih saling menggenggam, semua tak
lagi senyaman saat kami masih saling memberi pelukan.
Sahabat saat duduk dibangku Sekolah Dasar (SD),
merekalah yang paling tidak bisa Aku gambarkan. Kenapa? karena tak banyak
kebersamaan yang kami lewati bersama. Sekalipun seperti itu, kami pernah punya
janji bersama untuk tak melupakan satu sama lain, dan ketika Aku pergi merantau
mereka mengiringi dengan tangis. Tapi pada kenyataannya, jarak membuat kami
benar-benar berpisah. Tak ada lagi persahabatan, tak lagi saling bicara, dan
tak ada lagi saling tegur sapa. Semua berubah, akupun menjadi asing dengan
mereka, benar-benar asing.
Sahabat-sahabatku dibangku SMP, mungkin merekalah
orang pertama yang memberikan makna dan rasa indah dalam sebuah persahabatan.
Pertama kalinya memiliki sahabat yang benar-benar saling memiliki, saling
menyayangi satu sama lain, saling peduli, tempat berbagi, jika digambarkan
merekalah kotak sejuta cerita dan mimpi yang pertama aku miliki. Tapi jarak
pulalah yang membuat keadaan berbeda, 9tahun dengan jarak yang memisahkan.
Terkadang aku merasa sayang itu tak sebesar dulu, tak ada lagi tempat berbagi.
Sampai tiba dibangku kuliah, aku memiliki banyak
sahabat. Mereka memberikan warna baru dalam hidupku, bersama mereka aku bisa
tertawa lepas, merasa nyaman dan benar-benar menjadi diriku sendiri. Aku menemukan
kotak sejuta cerita dan mimpi indah yang lain. Bersama mereka aku lalui dengan
penuh canda, tawa, tangis bahkan pertengkaran, tapi itu semua membuat kami
semakin erat. Tapi lagi dan lagi jarak membuat kami terpisahkan, setahun lebih
kami berpisah, masing-masing memiliki waktu dan ceritanya sendiri begitupun
aku. Adakah yang berbeda dalam satu tahun?
Tentu ada, dan bisa aku katakan sangat berbeda. Tak ada lagi tempat untuk
berbagi, tak ada lagi canda tawa. Bahkan untuk sekedar saling menyapa didunia mayapun
sudah jarang dilakukan.
Kadang aku
selalu bertanya “Haruskah jarak selalu membuat semuanya berbeda? Tak bisakah
jarak hanya memisahkan diri bukan hati? Haruskah jarak selalu mengakhiri arti persahabatan?.” Mungkin ini yang
sering dibilang orang ada pertemuan pasti selalu ada perpisahan, ada awal
selalu ada akhir, ada hidup pasti ada mati.
Aku hanya berharap kotak-kotak sejuta cerita dan
mimpiku tak benar-benar hilang. Semoga rasa sayang, rasa nyaman dan cerita
indah itupun masih mereka kenang dalam lubuk hati terdalam mereka. Semoga ini
hanyalah sebuah keadaan yang memaksa. Aku selalu berharap kami satu sama lain tetap menjadi tempat yang nyaman
untuk kembali. Semoga persahabatan yang sudah ada tak akan pernah lekang oleh
waktu.
Cium hangat penuh kerinduan
27 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar