Rabu, 15 April 2015

Mencintaimu Dalam Diam



                Namaku  Adinda Maura, sekarang usiaku 24 tahun. Aku ingin menceritakan tentang kisah cintaku yang pertepuk sebelah tangan. Walau hanya bertepuk sebelah tangan tapi entah kenapa setiap kali bercerita tentang ini aku selalu tersenyum manis layaknya remaja yang tengah kasmaran, padahal umurku sudah bukan lagi remaja. Tapi sekarang aku lebih pantas disebut wanita. Ada perasaan yang tak bisa ku tutupi tentang cerita ini yaitu aku bahagia pernah mengaguminya untuk sekian lama, walau hanya mampu mencintainya dalam diam.
                Aku mulai mengaguminya sejak duduk dibangku kelas satu SMP. Saat itu aku sudah beberapa kali memiliki cinta monyet, setiap kali ada cowok yang naksir aku atau ada kakak kelas yang naksir waktu di SD (Sekolah Dasar) aku pasti langsung mengiyakan. Mungkin namanya juga anak kecil yang sedang beranjak ABG hehe...!!. Sampai pada suatu hari dikantin saat aku dan ke dua sahabatku tengah asik menyantap makan siang, aku melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang membeli minuman, tiba-tiba untuk beberapa saat aku terpaku olehnya. Padahal saat itu sedang ramai dikantin, tapi entah kenapa sosok itu terlihat begitu berbeda dari kerumunan orang banyak. Wajahnya yang imut bulat, dengan pipi yang sedikit chubi, kulitnya yang putih, rambut sedikit ikal, dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Tuhan ini kah yang mereka bilang cinta pada pandangan pertama?.
                “ Dinda, kamu lagi apa seh ko bengong?” tanya Tania sahabat dekatku
                “Eh, Tan! Kamu kenal cowok itu gak?” tanyaku sambil menunjuk kearah cowok kece tadi
                “Yee, ini anak ditanya malah tanya balik” kata Lulu sahabatku yang lainnya sambil mencubit lenganku.
                “Lulu... sakit” kataku tak peduli
                “Yang mana sih Din?” tanya Tania mencari-cari sosok yang aku tunjuk
                “Itu lho yang lagi duduk bareng si Aldo anak kelas 7B” jawabku masih memperhatikan sosok kece itu.
                “Yang duduk sama Aldo banyak kali Din, ada 4 orang tuh. Kamu nunjuk yang mana?” kata Tania mulai kesal
                “Yang imut putih rambutnya ikal” jawabku sumringah
                “Ohh, itu seh namanya Ryan. Dia sekelas ama si Aldo” kata Lulu tiba-tiba menjawab
                “Kamu kenal Lu? Dia anak baru ya?” tanyaku penuh antusias
                “Tadi aja aku dicuekin sekarang malah so manis” Lulu sedikit kesal
                “Sori deh... abis tadi lagi terpesona sama cowok kece yang disana. Kamu kenal dia Lu?” kataku merayu Lulu
                “Kenal, dia satu sekolah sama Aku waktu SD” jawab Lulu
                “Dia baru pindah yaa? Ko aku baru liat seh” kataku penasaran
                “Dia bukan anak pindahan Din, emang kamunya aja kurang gaul” sambar Tania sambil mengacak-acak rambutku
                “Udah yuk ahh kekelas, bentar lagi masuk” Ajak Tania yang diikuti Lulu
                “Ehh, tunggu masa aku ditinggalin seh” aku berlari sambil sesekali menengok kekembali kearah Ryan.
                Pembicaraan tentang Ryan hari itupun berlalu begitu saja. Tak ada hal yang istimewa yang kudapat tentangnya dihari pertama melihatnya. Hanya saja sejak hari itu aku menjadi semakin penasaran tentangnya, terkadang disekolahpun aku selalu mencari-cari sosok dia. Entahlah ada perasaan yang lain dihatiku setiap kali melihatnya dari kejauhan, apalagi jika tak sengaja melihatnya tersenyum dan tertawa lepas. Dia semakin menggemaskan.
                “Lu, kamu dulu kan satu sekolah SD sama Ryan. Dia orangnya kayak gimana sih?”tanyaku penasaran.
                “Kamu beneran naksir Dia, Din?” tanya Lulu melotot kaget.
                “Yee, nanya doang emang gak boleh ya?” kataku mengelak
                “Kayaknya sih Dinda emang suka sama dia deh Lu, kamu liat aja tingkahnya tiap hari kayak nyari orang ilang” Ledek Tania yang disambut tawa lepas Lulu.
                “Seneng banget ya ngeledekin temennya tuh” kataku sedikit kesal.
                “Sori deh, abis kamu tuh kalau suka bilang aja suka gak usah malu” kata Tania
                “Iya, Din. Tenang nanti aku bantuin buat deket sama dia” sambung Lulu
                “Ngga ahh, aku malu. Aku Cuma mau tau dan kenal dia lebih dari kamu aja Lu” kataku
                “Kenapa?”tanya Lulu dan Tania bersamaan
                “Aku sadar diri dong, mana mau cowok seimut dia sama aku” kataku pesimis
                “Kamu cantik Din, baik lagi” kata Tania mencoba memberiku semangat
                “Cantik dengan body yang aduhai gedenya” kataku lagi
                “Kenapa harus masalahin body seh Din?” tanya lulu kesal
                “Tau nih anak, Pede aja lagi. Gendut juga cantik. Lagian kamu tuh gak gendut-gendut amat ko” kata Tania si pemberi semangat.
                “Aku setuju” kata Lulu mengiyakan
                “ahh, pokoknya aku gak mau terlalu banyak berharap. Cukup kenal dia dari cerita kamu dan melihat dia dari jauh” kataku tersenyum.
                Dari cerita Lulu, aku tahu sedikit tentang pribadinya Ryan. Dia anak yang baik, asik diajak bercanda, memiliki banyak teman, cukup pintar saat dia masih SD, dan ternyata dia orang yang cukup jail diantara teman-temannya. Aku tak menyangka cowok seimut dia bisa juga jail.
                Dua tahun sudah aku mengaguminya dalam diam. Eits.. jangan salah, walau hanya mengaguminya dalam diam tapi sesekali aku sering menitipkan salam buat Ryan lewat Lulu tentunya tanpa memberitahukan siapa nama sipengirim salam itu. Dalam dua tahun juga Lulu dan Tania selalu berusaha untuk mendekatkan aku dengan Ryan tapi aku selalu menolak. Setidaknya dalam dua tahun ini ada kemajuan dari yang hanya mencuri pandang dari jauh, aku sudah berani menitipkan salam walau tanpa identitas, sesekali aku, Lulu dan Tania berkumpul dan ngobrol dengan Ryan dan teman-temannya. Buatku itu sudah lebih dari cukup dan aku bahagia.
                Sempat saat perpisahan SMP Lulu dan Tania menyuruhku untuk mengirim surat pada Ryan dan mengatakan perasaanku padanya, sebelum akhirnya kami benar-benar jauh. Tapi lagi-lagi aku menolak. Rasanya tak pantas perempuan yang mengatakan cinta terlebih dahulu walau itu hanya sebatas menyampaikan bukan pernyataan yang mengharapkan jawaban. Lulus SMP aku, Lulu dan Tania melanjutkan ke sekolah SMA yang sama, Ridho yang menjadi akrab dengan kami bertiga melanjutkan kesekolah yang berbeda tapi tak jauh dari sekolah kami. Sementara Ryan, dia melanjutkan ke salah satu sekolah di Bandung karena orang tuanya dipindah tugaskan.
                Lima tahun berlalu sejak terakhir kali aku melihat Ryan. Jangan tanya apa selama itu aku tak pernah tahu kabarnya? Pastinya tahu dong. Era modern semua semakin canggih, apalagi sekarang ada facebook dan lainya. Selama Lima tahun terakhir aku hanya mengamatinya dari dunia maya, setiap status dan foto-fotonya tak pernah luput dari perhatianku. Aku sangat ingin bertemu atau hanya pertegur sapa dengannya tapi Ryan selalu mangkir dari acara reuni yang selalu diadakan anak-anak. Sekalinya Ryan hadir, malah aku yang mangkir. Ahh.. sepertinya Tuhan belum mengizikan aku melepas rindu yang teramat dalam padanya.
                Suatu hari difacebooknya aku melihat dia mengupload foto seorang wanita cantik. Awalnya aku mencoba tenang mungkin itu hanya salah satu saudaranya dan akupun membiarkanya berlalu begitu saja tanpa melihat isi facebooknya lebih jauh. Sampai suatu hari dia merubah statusnya menjadi “In relationship, rasa penasaranpun tak terbendung lagi. Aku mulai membuka akun facebooknya, dan hatiku hancur seketika saat melihat foto dia dengan wanita cantik yang aku lihat tempo hari. Tak terasa air mataku menetes begitu saja.
Tuhan semakin jauh harapanku untuk menggapainya. Apakah ini jalan yang kau pilihkan? Apakah aku tak cukup pantas untuknya? Atau dia yang tak baik untukku?. Jika memang aku dan dia tak baik untuk satu sama lain, mengapa hatiku masih selalu bergetar setiap kali melihat atau mendengar tentangnya, Tuhan?.
Kini tujuh tahun sudah aku dan dia tak saling bertemu atau bertegus sapa sama sekali, baik dalam kehidupan nyata ataupun dalam dunia maya. Rasanya diri ini begitu sulit untuk sekedar menyapa dan menanyakan kabarnya, apa lagi kini hatinya telah ada sosok yang dicintainya. Dari sejak awal melihatnya dulu hingga kini hatiku masih tetap sama “Mencintai dan mengagumi dalam diam”

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates