Namaku Adinda Maura, sekarang usiaku 24 tahun. Aku
ingin menceritakan tentang kisah cintaku yang pertepuk sebelah tangan. Walau
hanya bertepuk sebelah tangan tapi entah kenapa setiap kali bercerita tentang
ini aku selalu tersenyum manis layaknya remaja yang tengah kasmaran, padahal
umurku sudah bukan lagi remaja. Tapi sekarang aku lebih pantas disebut wanita.
Ada perasaan yang tak bisa ku tutupi tentang cerita ini yaitu aku bahagia
pernah mengaguminya untuk sekian lama, walau hanya mampu mencintainya dalam
diam.
Aku mulai mengaguminya sejak
duduk dibangku kelas satu SMP. Saat itu aku sudah beberapa kali memiliki cinta
monyet, setiap kali ada cowok yang naksir aku atau ada kakak kelas yang naksir
waktu di SD (Sekolah Dasar) aku pasti langsung mengiyakan. Mungkin namanya juga
anak kecil yang sedang beranjak ABG hehe...!!. Sampai pada suatu hari dikantin
saat aku dan ke dua sahabatku tengah asik menyantap makan siang, aku melihat
ada seorang anak laki-laki yang sedang membeli minuman, tiba-tiba untuk
beberapa saat aku terpaku olehnya. Padahal saat itu sedang ramai dikantin, tapi
entah kenapa sosok itu terlihat begitu berbeda dari kerumunan orang banyak.
Wajahnya yang imut bulat, dengan pipi yang sedikit chubi, kulitnya yang putih,
rambut sedikit ikal, dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Tuhan ini kah yang mereka bilang cinta pada
pandangan pertama?.
“ Dinda, kamu lagi apa seh ko
bengong?” tanya Tania sahabat dekatku
“Eh, Tan! Kamu kenal cowok itu
gak?” tanyaku sambil menunjuk kearah cowok kece tadi
“Yee, ini anak ditanya malah
tanya balik” kata Lulu sahabatku yang lainnya sambil mencubit lenganku.
“Lulu... sakit” kataku tak
peduli
“Yang mana sih Din?” tanya Tania
mencari-cari sosok yang aku tunjuk
“Itu lho yang lagi duduk bareng
si Aldo anak kelas 7B” jawabku masih memperhatikan sosok kece itu.
“Yang duduk sama Aldo banyak
kali Din, ada 4 orang tuh. Kamu nunjuk yang mana?” kata Tania mulai kesal
“Yang imut putih rambutnya ikal”
jawabku sumringah
“Ohh, itu seh namanya Ryan. Dia
sekelas ama si Aldo” kata Lulu tiba-tiba menjawab
“Kamu kenal Lu? Dia anak baru
ya?” tanyaku penuh antusias
“Tadi aja aku dicuekin sekarang
malah so manis” Lulu sedikit kesal
“Sori deh... abis tadi lagi
terpesona sama cowok kece yang disana. Kamu kenal dia Lu?” kataku merayu Lulu
“Kenal, dia satu sekolah sama
Aku waktu SD” jawab Lulu
“Dia baru pindah yaa? Ko aku
baru liat seh” kataku penasaran
“Dia bukan anak pindahan Din,
emang kamunya aja kurang gaul” sambar Tania sambil mengacak-acak rambutku
“Udah yuk ahh kekelas, bentar
lagi masuk” Ajak Tania yang diikuti Lulu
“Ehh, tunggu masa aku
ditinggalin seh” aku berlari sambil sesekali menengok kekembali kearah Ryan.
Pembicaraan tentang Ryan hari
itupun berlalu begitu saja. Tak ada hal yang istimewa yang kudapat tentangnya
dihari pertama melihatnya. Hanya saja sejak hari itu aku menjadi semakin
penasaran tentangnya, terkadang disekolahpun aku selalu mencari-cari sosok dia.
Entahlah ada perasaan yang lain dihatiku setiap kali melihatnya dari kejauhan,
apalagi jika tak sengaja melihatnya tersenyum dan tertawa lepas. Dia semakin
menggemaskan.
“Lu, kamu dulu kan satu sekolah
SD sama Ryan. Dia orangnya kayak gimana sih?”tanyaku penasaran.
“Kamu beneran naksir Dia, Din?”
tanya Lulu melotot kaget.
“Yee, nanya doang emang gak
boleh ya?” kataku mengelak
“Kayaknya sih Dinda emang suka
sama dia deh Lu, kamu liat aja tingkahnya tiap hari kayak nyari orang ilang”
Ledek Tania yang disambut tawa lepas Lulu.
“Seneng banget ya ngeledekin
temennya tuh” kataku sedikit kesal.
“Sori deh, abis kamu tuh kalau
suka bilang aja suka gak usah malu” kata Tania
“Iya, Din. Tenang nanti aku
bantuin buat deket sama dia” sambung Lulu
“Ngga ahh, aku malu. Aku Cuma
mau tau dan kenal dia lebih dari kamu aja Lu” kataku
“Kenapa?”tanya Lulu dan Tania
bersamaan
“Aku sadar diri dong, mana mau
cowok seimut dia sama aku” kataku pesimis
“Kamu cantik Din, baik lagi”
kata Tania mencoba memberiku semangat
“Cantik dengan body yang aduhai
gedenya” kataku lagi
“Kenapa harus masalahin body seh
Din?” tanya lulu kesal
“Tau nih anak, Pede aja lagi.
Gendut juga cantik. Lagian kamu tuh gak gendut-gendut amat ko” kata Tania si
pemberi semangat.
“Aku setuju” kata Lulu
mengiyakan
“ahh, pokoknya aku gak mau
terlalu banyak berharap. Cukup kenal dia dari cerita kamu dan melihat dia dari
jauh” kataku tersenyum.
Dari cerita Lulu, aku tahu
sedikit tentang pribadinya Ryan. Dia anak yang baik, asik diajak bercanda,
memiliki banyak teman, cukup pintar saat dia masih SD, dan ternyata dia orang
yang cukup jail diantara teman-temannya. Aku tak menyangka cowok seimut dia
bisa juga jail.
Dua tahun sudah aku mengaguminya
dalam diam. Eits.. jangan salah, walau hanya mengaguminya dalam diam tapi
sesekali aku sering menitipkan salam buat Ryan lewat Lulu tentunya tanpa
memberitahukan siapa nama sipengirim salam itu. Dalam dua tahun juga Lulu dan
Tania selalu berusaha untuk mendekatkan aku dengan Ryan tapi aku selalu
menolak. Setidaknya dalam dua tahun ini ada kemajuan dari yang hanya mencuri
pandang dari jauh, aku sudah berani menitipkan salam walau tanpa identitas,
sesekali aku, Lulu dan Tania berkumpul dan ngobrol dengan Ryan dan
teman-temannya. Buatku itu sudah lebih dari cukup dan aku bahagia.
Sempat saat perpisahan SMP Lulu
dan Tania menyuruhku untuk mengirim surat pada Ryan dan mengatakan perasaanku
padanya, sebelum akhirnya kami benar-benar jauh. Tapi lagi-lagi aku menolak.
Rasanya tak pantas perempuan yang mengatakan cinta terlebih dahulu walau itu
hanya sebatas menyampaikan bukan pernyataan yang mengharapkan jawaban. Lulus
SMP aku, Lulu dan Tania melanjutkan ke sekolah SMA yang sama, Ridho yang
menjadi akrab dengan kami bertiga melanjutkan kesekolah yang berbeda tapi tak
jauh dari sekolah kami. Sementara Ryan, dia melanjutkan ke salah satu sekolah di
Bandung karena orang tuanya dipindah tugaskan.
Lima tahun berlalu sejak
terakhir kali aku melihat Ryan. Jangan tanya apa selama itu aku tak pernah tahu
kabarnya? Pastinya tahu dong. Era modern semua semakin canggih, apalagi
sekarang ada facebook dan lainya.
Selama Lima tahun terakhir aku hanya mengamatinya dari dunia maya, setiap
status dan foto-fotonya tak pernah luput dari perhatianku. Aku sangat ingin
bertemu atau hanya pertegur sapa dengannya tapi Ryan selalu mangkir dari acara
reuni yang selalu diadakan anak-anak. Sekalinya Ryan hadir, malah aku yang
mangkir. Ahh.. sepertinya Tuhan belum
mengizikan aku melepas rindu yang teramat dalam padanya.
Suatu hari difacebooknya aku melihat dia mengupload foto seorang wanita
cantik. Awalnya aku mencoba tenang mungkin itu hanya salah satu saudaranya dan
akupun membiarkanya berlalu begitu saja tanpa melihat isi facebooknya lebih
jauh. Sampai suatu hari dia merubah statusnya menjadi “In relationship, rasa penasaranpun tak terbendung lagi. Aku mulai
membuka akun facebooknya, dan hatiku hancur seketika saat melihat foto dia
dengan wanita cantik yang aku lihat tempo hari. Tak terasa air mataku menetes
begitu saja.
Tuhan semakin jauh harapanku
untuk menggapainya. Apakah ini jalan yang kau pilihkan? Apakah aku tak cukup
pantas untuknya? Atau dia yang tak baik untukku?. Jika memang aku dan dia tak
baik untuk satu sama lain, mengapa hatiku masih selalu bergetar setiap kali
melihat atau mendengar tentangnya, Tuhan?.
Kini
tujuh tahun sudah aku dan dia tak saling bertemu atau bertegus sapa sama
sekali, baik dalam kehidupan nyata ataupun dalam dunia maya. Rasanya diri ini
begitu sulit untuk sekedar menyapa dan menanyakan kabarnya, apa lagi kini
hatinya telah ada sosok yang dicintainya. Dari sejak awal melihatnya dulu
hingga kini hatiku masih tetap sama “Mencintai
dan mengagumi dalam diam”
0 komentar:
Posting Komentar