16
Januari 2015
Dear
Mantan...
Rasanya
aku tak perlu menyapa mu, karena aku tak benar-benar ingin melakukannya...
Rasanya
aku tak usah menanyakan kabarmu sekarang, karena aku benar-benar sudah tak
peduli akan dirimu saat ini... semua hanya akan menjadi basa-basi yang
benar-benar menjadi basi karena tak tulus datang dari hati, dan ku harap kamu
mau memahami.
Hari
ini ketika mendengar berita dari seseorang bahwa kamu mencari tahu tentang
kabar dan keadaanku saat ini “apakah aku masih mencintaimu? Apakah aku masih
belum bisa moveon darimu? Masihkah Aku sendiri? Atau masihkah aku akan
menerimamu kembali?” , aku sungguh sangat terkejut. Antara percaya, tidak
percaya dan sudah tidak peduli lagi. Dan ketika aku membuka akun facebookku,
aku melihat namamu ada dalam daftar teman yang menunggu konfirmasi. “Ahh,
ternyata itu bukan hanya sekedar cerita” tapi kamu jangan terlalu percaya diri,
karena itu tak berarti aku masih mengharapkanmu. Akupun tak ingin dan tak ada
niat untuk menggubrisnya.
Yang
terlintas dalam pikiranku saat ini adalah “Mungkin dia dicampakan pacarnya,
lalu dia mencari aku sebagai pelarian seperti yang dilakukannya dulu”. Tapi
kamu salah jika kau datang untuk itu, karena aku bukanlah wanita bodoh yang kau
kenal dulu. Saat ini kamu sudah benar-benar tak berarti apapun bagiku, rasa
cinta yang pernah ada untukmu pun terkubur dalam, bersama rasa benciku karena
sakit yang kamu dan keluargamu torehkan dulu. Semuanya sudah benar-benar aku
kubur, dan tak akan pernah terbuka kembali. Sekalipun kau datang dengan segala
janji manismu dimasalalu dan dengan kesungguh-sungguhan hatimu melebihi
kesungguhan siapapun, aku tak akan menoleh sedikitpun. Bagiku kamu hanya sebuah
goresan hitam dimasalalu, yang telah kuhapus. Walau bekasnya akan tetap
terlihat tapi aku tak peduli.
Kamu
tahu? Jika aku benar-benar merenungkan tentang kita dulu, ternyata selama 5
tahun menjalin hubungan cinta denganmu aku tak benar-benar merasakan bahagia.
Yaa..coba kamu pikirkan dan renungkan, berapa banyak aku kau khianati? Dan
berapa kalipula kau kumaafkan? Jawabnya tentu tak terhingga. Berapa banyak kau
membuatku menangis? Dan pernahkah kau sekali saja kau menghapus air mataku yang
jatuh karenamu? Dan hanya ada satu jawaban untuk itu TAK SEKALIPUN. Lihatlah,
betapa aku tak bahagia bersamamu dulu. Mungkin saat ini kamu akan
bertanya-tanya “lalu kenapa kamu bertahan selama itu denganku?”. Itu juga yang
selama ini kau tanyakan pada diriku, dan setelah sekian lama aku akan
menjawabnya “ Itu karena Aku begitu bodoh”.
Yah,
akulah si Bodoh yang begitu mencintaimu dan memaafkanmu dengan tulus meski kau
khianati berkali-kali. Akulah si Bodoh yang tak pernah menggunakan logikanya.
Akulah si Bodoh yang selalu termakan bujuk rayumu. Akulah si Bodoh yang begitu
percaya dan berharap akan janji-janji palsumu. Akulah si Bodoh itu. Tapi kini
si Bodoh itu telah mati terkubur bersama cinta dan rasa bencinya karena kamu
dan cinta busukmu itu. Kini yang ada hanya aku yang telah berhasil bangkit dan
belajar dari kesalahan dimasalau, aku bukan lagi si Bodoh yang kau kenal dulu.
Untukmu
yang tak pernah menghargai cinta tulusku...
Kumohon
jangan usik lagi hidupku, kita sudah lebih dari 5 tahun memilih jalan
masing-masing. Lalu untuk apa kau datang kembali? Kumohon jangan gunakan alasan
pertemanan untuk saling menyapa atau bertanya kabar lagi, karena itu tak akan
merubah apapun. Sudahlah, jalani kehidupan kita masing-masing. Jika memang saat
ini kau sedang dalam keadaan terpuruk karena cintamu yang sangat kau banggakan
dan kau agung-agungkan itu, jangan memilih aku untuk pelarianmu. Dari pada kau
sibuk mencari pelarian, lebih baik kau perbaiki dan buktikan padaku jika cinta
yang kau pilih dan kau bela sampai mati itu adalah cinta yang benar-benar
membuatmu bahagia. Jangan pernah perlihatkan sisi penderitaan atau penyesalanmu
akan cintamu itu, karena itu akan membuatku tertawa bahagia diatas dukamu itu.
Dan aku tak ingin menjadi sosok jahat yang bahagia melihat kau terpuruk.
Dari wanita yang tak pernah benar-benar bahagia bersamamu
0 komentar:
Posting Komentar